Facebook
RSS

tugu batik laweyan





Tugu batik laweyan berada di kampong batik lawyan solo tugu ini ada di tengah tengah kampong.  Tugu ini bebentuk empat kotak yang beda ukuran dan di akhiri atap segitiga, tinggi tugu ini juga tidak terlalu tinggi mungkin hanya 2 meter lebih tugu ini juga jadi salah satu daya tarik jika menggujungi kampong batik laweyan di tugu ini ada ukiran seperti cap batik maka dari itu tugu inin di beri nama tugu bataik saat saya melihatnya sepertinya tugu ini masih baru. Kalau kalian ke solo jangan lupa ke tugu ini
[ Read More ]

monumen slamet riyadi




Patung slamet riyadi berada di ujung jalan slamet riyadi yang sebagai pusat keramaian sedikit cerita tentang slamet riyadi Pada suatu peristiwa saat akan diadakannya peralihan kekuasaan di Solo oleh Jepang yang dipimpin oleh Sutjokan (Walikota) Watanabe yang merencanakan untuk mengembalikan kekuasaan sipil kepada kedua kerajaan yang berkedudukan di Surakarta, yaitu Kasunanan dan Praja Mangkunagaran, akan tetapi rakyat tidak puas. Para pemuda telah bertekad untuk mengadakan perebutan senjata dari tangan Jepang, maka rakyat mengutus Muljadi Djojomartono dan dikawal oleh pemuda Suadi untuk melakukan perundingan di markas Kempeitai (polisi militer Jepang) yang dijaga ketat. Tetapi sebelum utusan tersebut tiba di markas, seorang pemuda sudah berhasil menerobos kedalam markas dengan meloncati tembok dan membongkar atap markas Kempeitai, tercenganglah pihak Jepang, pemuda itu bernama Slamet Rijadi.

Dalam perang kemerdekaan II inilah Let.Kol. Slamet Rijadi, membuktikan kecakapannya sebagai prajurit yang tangguh dan sanggup mengimbangi kepiawaian komandan Belanda lulusan Sekolah Tinggi Militer di Breda Nederland. Siang dan malam anak buah Overste (setingkat Letnan Kolonel) J.H.M.U.L.E. van Ohl digempur habis-habisan, dengan penghadangan, penyergapan malam, dan sabotase. Puncaknya ketika Letkol. Slamet Rijadi mengambil prakarsa mengadakan serangan umum Surakarta yang dimulai tanggal 7 Agustus 1949, selama empat hari empat malam. Serangan itu membuktikan kepada Belanda, bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan penyergapan atau sabotase, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ketengah kota Solo yang dipertahankan dengan pasukan kaveleri

Di balik semua ini patung ini di anggap tidak sopan terhadap kasunanan Surakarta kareta membelakangi kraton. HARUSNYA DI JAGA ADAT BUDAYA JUGA, solo ada karena kasunanan Surakarta jadi kenapa pemda tidak menjaga adat disana
[ Read More ]