Facebook
RSS

Benteng Vasternburg



Benteng Vastenburg adalah benteng peninggalan Belanda yang terletak di kawasan Gladak, Surakarta. Benteng ini dibangun tahun 1745 atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff. Sebagai bagian dari pengawasan Belanda terhadap penguasa Surakarta, benteng ini dibangun, sekaligus sebagai pusat garnisun. Di seberangnya terletak kediaman gubernur Belanda (sekarang kantor Balaikota Surakarta) di kawasan Gladak
.
Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruang yang disebut seleka (bastion). Di sekeliling tembok benteng terdapat parit yang berfungsi sebagai perlindungan dengan jembatan di pintu depan dan belakang. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah dengan fungsi masing-masing dalam militer. Di tengahnya terdapat lahan terbuka untuk persiapan pasukan atau apel bendera.

Setelah kemerdekaan, benteng ini digunakan sebagai markas TNI untuk mempertahankan kemerdekaan. Pada masa 1970-1980-an bangunan ini digunakan sebagai tempat pelatihan keprajuritan dan pusat Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya.



Namun sayang, kondisi benteng saat ini dipenuhi semak belukar yang menutupi kemegahannya. Kabar gembiranya, benteng ini akan segera direstorasi.

dulu benteng ini dijual oleh walikota solo kepada perseorangan dan sekarang sudah di renovasi  tetapp saja di bagian timur benteng masih ada rumah semi untuk jualan dan sudah ada jalan buat jogging







[ Read More ]

Situs Arca Nandi Kidul Warung




 Lokasi: dukuh kidul warung,  desa pabelan, kecamatan kartasura, sukoharjo

htm: free

                Sehabis pulang dari masjid menuju ke kost saya melihat sebuah arca nandi yang sudah tergerus entah sudah berada berapa lama berada disini tapi aku tak tau itu arca nandi apa palsu karena saya bukan seorang arkeolog dan tak ada seseorang yang dapat menjelaskan darimana arca itu berasal

 Arca ini Cuma ada satu dan tanpa kepala tapi terlihat jelas ada pahatan ekor sapi dan kaki sapi yang ditekuk tempat ini tidak terlalu jauh dari universitas muhammadiyah Surakarta 



[ Read More ]

Tugu Talirogo Kleco





Tugu talirogo ini berada di pasar sidodadi atau lebih dikenal dengan pasar kleco berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Kalurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan Kota Surakarta . 

pasar ini juga tidak ada yang khusus tetapi mampu menyediakan berbagai kebutuhan pokok masyarakat sama seperti pasar yang lainnya Setelah adanya perubahan luas lahan, hasil dari pembebasan tanah makan Kleco, pada tahun 2007 Pasar Sidodadi dibangun kembali oleh pemerintah Kota Surakarta.

Tapi yang menarik di depan pasar ini ada satu tugu yang di sebut talirogo. Tugu ini masuk ke dalam benda cagar budaya tugu ini di bangun untuk memperingati periwira yang berjuang untuk kemerdekaan republic Indonesia

Tugu ini diresmikan oleh PANGLIMA DAM VII JAWA TENGAH pada tanggal 20 mei 1960 atau lebih tepatnya jum’at legi. Tugu berbentuk orang yang punya satu dan menggunakan tongkat penompang mungkin ini melambangkan pejuang yang terluka. tugu ini sangat dekat dengan jalan slamet riyadi, kalau malam di pasar kleco ada warung makan murah dan bikin kenyang




[ Read More ]

Kraton Pajang



Lokasi Dusun Sanggrahan atau Pajang, Desa/Kalurahan Makam Haji, Kecamatan Pajang, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.

HTM: free

Secara fisik data artefaktual situs Keraton Pajang bisa dikatakan sudah tidak bersisa lagi. Sekalipun demikian tempat atau bekas keraton Pajang ini ditengarai memang berada di Dusun Sanggrahan. Benda atau artefak yang bisa didapatkan di tempat ini hanya berupa beberapa batuan, guci, lingga, umpak, kayu tua yang diduga sebagai rakit Jaka Tingkir, palenggaran (batu berbentuk persegi), pipisan dan gandhik (alat pelumat ramuan jamu), tempat membuat lulur, tonggak kayu tua, sentolo (patok tambatan perahu) dan yoni. Semua benda itu sudah tidak in situ lagi. Benda-benda tersebut telah mengalami pengadukan. Benda-benda yang ditemukan di tempat itu telah dikembalikan kepada keluarga atau trah Pajang yang kemudian disimpan di bekas Keraton Pajang yang sekarang telah didirikan bangunan baru.

Latar Belakang:

Seperti diketahui Keraton Pajang adalah keraton yang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya yang di masa mudanya bernama Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Mas Karebet adalah putra Ki Ageng Pengging (Ki Kebo Kenanga). Ia dinamakan Mas Karebet karena ketika ia lahir di rumahnya sedang diselenggarakan pementasan wayang beber oleh sahabat Ki Ageng Ageng Pengging yang bernama Ki Ageng Tingkir. Wayang beber yang materi pokoknya berupa gulungan kain bergambar adegan dalam dunia pewayangan itu dalam istilah lain sering disebut juga sebagai krebet. Ki Kebo Kenanga dan Ki Ageng Tingkir ini dikenal juga sebagai murid-murid Syeh Siti Jenar.



Sepulang dari mendalang di rumah Ki Ageng Pengging ini Ki Ageng Tingkir jatuh sakit kemudian meninggal. Selang beberapa saat Ki Ageng Pengging dihukum mati oleh Demak karena ia dianggap akan melakukan pemberontakan. Setelah peristiwa itu Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan menyusul kematian suaminya. Mas Karebet yang masih kanak-kanak diambil sebagai anak angkat oleh Nyai Ageng Tingkir. Tidak mengherankan Mas Karebet kemudian dikenal juga sebagai Jaka Tingkir.

Karier politik Jaka Tingkir diawali dengan pengabdiannya ke Kasultanan Demak setelah sebelumnya ia berguru kepada Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Sela. Di tempat Ki Ageng Sela ini pula Jaka Tingkir dipersaudarakan dengan cucu-cucu Ki Ageng Sela, yakni Ki Juru Mertani, Ki Penjawi, dan Ki Ageng Pemanahan.


Di Demak Jaka Tingkir tinggal di rumah Nyi Ageng Gandamustaka yang merupakan saudara dari Nyi Ageng Tingkir. Nyi Ageng Gandamustaka ini merupakan salah satu abdi Kerajaan Demak yang bertugas merawat Masjid Agung Demak. Kehadiran Jaka Tingkir di Demak segera menarik perhatian Sultan Trenggana sehingga ia kemudian diangkat sebagai salah satu pimpinan prajurit Demak. Namun Jaka Tingkir kemudian melakukan kesalahan dengan membunuh Dadung Awuk dan bercinta dengan salah satu putri Sultan Trenggana.

Jaka Tingkir diangkat kembali menjadi pimpinan salah satu brigade prajurit setelah ia bisa mengalahkan seekor kerbau yang mengamuk dan membahayakan kehidupan penduduk Demak. Pada tingkat selanjutnya Jaka Tingkir bahkan diangkat menjadi menantu Sultan Trenggana. Ia dikawinkan dengan salah satu putri Sultan Trenggana yang dalam cerita tutur sering dikenal bernama Ayu Pembayun.



Kelak Jaka Tingkir menerima tahta Kerajaan Demak setelah terjadinya serangkaian peristiwa berdarah (pembunuhan) sehubungan dengan suksesi yang terjadi di Kerajaan Demak. Setelah ia menerima tampuk pemerintahan Kerajaan Pajang, maka ia kemudian bergelar Sultan Adiwijaya (Hadiwijaya). Pusat pemerintahan pun kemudian dipindahkan oleh Sultan Adiwijaya dari Demak ke Pajang. Sultan Adiwijaya memerintah Kasultanan Pajang selama tahun 1549-1582. Pemerintahan di Pajang pasca wafatnya Sultan Adiwijaya tidak berkelanjutan karena setelah Pajang runtuh kemudian muncul Kerajaan Mataram yang kemudian justru mengungguli Pajang. Pada akhirnya Pajang pun menjadi vassal Mataram. Tidak mengherankan pula jika kemudian Pajang juga sering disebut-sebut sebagai prolog dari Kerajaan Mataram Islam.





Sumber:           http://www.tembi.org/situs-prev/keraton_pajang.htm

[ Read More ]